Senin, 30 Januari 2012

Wahai...

Engkau yang sedang merindukan belahan jiwamu, 
Janganlah pasrah untuk menerima apa adanya, 
atau menuntut apapun yang terbaik bagi dirimu yang tak pernah berencana untuk memperindah diri... 


Dan janganlah engkau menanti sepenuhnya siap, karena engkau tak akan pernah siap,.. 


Berdoala, semoga Tuhan merestui pilihanmu untuk jiwa yang membaikkanmu, .


Yang akan tumbuh bersamamu dalam keluarga yang berbahagia, 
dan setia di sisimu dalam kesulitan...
Amin.

Jumat, 27 Januari 2012

Teknik Digital, Pertemuan 1

  S1 Teknik Informatika, Semester II
1.       Sistem Bilangan
   Puluhan (Desimal)
    Basis = 10 à 0 s/d 9
   Biner
    Basis = 2 à 0 dan 1
   Oktal
    Basis = 8 à 0 s/d 7
   Heksadesimal
    Basis = 16 à 0 s/d 9 dan A s/d F untuk 10 s/d 15

A.            Sistem Bilangan Puluhan ( decimal )
      Radix (Base) = 10
      Bentuk umum :
        N = an-1.10n-1 + an-2.10n-2 + …a0.100 +a-1.10-1 + a-2.10-2 + … + a-m.10-m
      Nilai a berkisar dari 0 s/d 9 sehingga diperlukan 10 simbol untuk menyatakannya, yaitu 0 .. 9
      Contoh :
      125,34 = 1 x 102 + 2 x 101 + 5 x 100 +3.10-1 + 4.10-2
                     = 100 + 20 + 5 + 0,3 + 0,04

B.            Sistem Bilangan Biner
      Radix (Base) = 2
      Bentuk umum :
        N = an-1.2n-1 + an-2.2n-2 + …a0.20 + a-1.20-1 + a-2.2-2 + … + a-m.2-m
      Nilai a berkisar dari 0 s/d  1 sehingga diperlukan 2 simbol untuk menyatakannya, yaitu 0 dan 1
      Contoh :
              101 = 1 x 22 + 0 x 21 + 1 x 20
                             = 4 + 0 + 1 = 5

C.            Sistem Bilangan Oktal
      Radix (Base) = 8
      Bentuk umum :
       N = an-1.8n-1 + an-2.8n-2 + …a0.80 +a-1.80-1 + a-2.8-2 + … + a-m.8-m
      Nilai a berkisar dari 0 s/d 7 sehingga diperlukan 8 simbol untuk menyatakannya, yaitu 0 .. 7
      Contoh :
              235 = 2 x 82 + 3 x 81 + 5 x 80
                      = 128 + 24 + 5 = 157
D. Sistem Bilangan Heksadesimal

      Radix (Base) = 16
      Bentuk umum :
     N = an-1.16n-1 + an-2.16n-2 + …a0.160 +a-1 .160-1 + a-2 .16-2 + … + a-m.16-m
      Nilai a berkisar dari 0 s/d 15 sehingga diperlukan 16 simbol untuk menyatakannya, yaitu 0 s/d 9 dan A s/d F untuk menyatakan 10 s/d 15
      Contoh :
              3C5 = 3 x 162 + 12 x 161 + 5 x 160
                      = 965

2.       Konversi Bilangan
A.      Desimal ke Biner
Contoh : 11810 = ….2
               
                118 : 2 = 59 sisa 0
                59 : 2 = 29 sisa 1
                29 : 2 = 14 sisa 1
                14 : 2 = 7 sisa 0
                7 : 2 = 3 sisa 1
                3 : 2 = 1 sisa 1
                1 : 2 = 0 sisa 1

                  Ditulis sisanya dari bawah ke atas 
                  Maka 11810 = 11101102

B.      Biner ke Oktal
Kelompokkan Bilangan Biner dalam kelompok 3-bit.
Contoh :
        10110011112 menjadi
        1   011  001  111
        1     3      1       7

        Maka 10110011112=13178

C.      Biner ke Heksadesimal
Kelompokkan Bilangan Biner dalam kelompok 4-bit.
Contoh :
        10110011112 menjadi
        10    1100    1111
          2       C         F
        Maka 10110011112=2CF16

D.      Desimal ke Oktal
Contoh : 20510 = ….8
                205 : 8 = 25 sisa 5
           25 : 8 = 3 sisa 1
             3 : 8 = 0 sisa 3
Maka 20510 = 3158

E.       Desimal ke Heksadesimal
20510 = ……16
        205 : 16 = 12 sisa 13 = D
12 : 16 = 0 sisa 12 = C
Maka 20510 = CD16


Anak Cacat Itu Bernama Salim


Belum sampai 30 tahun usiaku ketika istriku melahirkan anak pertamaku. Masih aku ingat malam itu, dimana aku menghabiskan malam bersama dengan teman-temanku hingga akhir malam, dimana waktu semalaman aku isi dengan ghibah dan komentar-komentar yang haram. Akulah yang paling banyak membuat mereka tertawa, membicarakan aib manusia, dan mereka pun tertawa.

Aku ingat malam itu, dimana aku membuat mereka banyak tertawa. Aku punya bakat luar biasa untuk membuat mereka tertawa. Aku bisa mengubah nada suara hingga menyeruapi orang yang aku tertawakan. Aku menertawakan ini dan itu, hingga tidak ada seorangpun yang selamat dari tertawaanku walaupun ia adalah para sahabatku. Hingga akhirnya sebagian dari mereka menjauhiku agar selamat dari lisanku.

Aku ingat pada malam itu aku mengejek seorang yang buta, yang aku melihatnya sedang mengemis di pasar. Lebih buruk lagi, aku meletakkan kakiku di depannya untuk mendorongnya hingga ia goyah dan jatuh, hingga dia berpaling dengan kepalanya dan tidak mengetahui apa yang ia katakan. Leluconku menyebabkan orang-orang yang ada di pasar tertawa.

Aku kembali ke rumah dalam keadaan terlambat seperti biasa. Aku mendapati istriku yang sedang menungguku tengah bersedih. Dia bertanya padaku, darimana saja aku? Aku menjawabnya dengan sinis, "Aku lelah." Kelelahan tampak jelas diwajahnya. Ia berkata dengan menangis tersedu, "Aku lelah sekali, tampaknya waktu persalinanku sudah dekat."

Dalam diamnya, air matanya menetes di pipinya. Aku merasa bahwa aku telah mengabaikan istriku dalam hal ini. Seharusnya aku memperhatikannya dan mengurangi begadangku, lebih khusus di bulan kesembilan dari kehamilannya ini. Akhirnya, aku membawanya ke rumah sakit dengan segera dan aku masuk ke ruang bersalin. Aku seakan merasakan sakit yang sangat beberapa saat. Aku menunggu persalinan istriku dengan sabar, tapi ternyata sulit sekali proses persalinannya. Aku menunggu lama sekali hingga aku kelelahan. Maka aku pulang ke rumah dengan meninggalkan nomor HP ku di rumah sakit dengan harapan mereka mengabariku.

Setelah beberapa saat, mereka menghubungiku dengan kelahiran Salim. Maka aku bergegas ke rumah sakit. Pertama kali mereka melihatku, aku bertanya tentang kamarnya. Tetapi mereka memintaku untuk menemui dokter yang bertanggung jawab dalam proses persalinan istriku. Aku berteriak kepada mereka: "Dokter apa? Aku hanya perlu melihat anakku." Akan tetapi mereka mengatakan: "Anda harus menemui dokter terlebih dahulu."

Akhirnya aku menemui dokter tersebut. Lantas dia berbicara kepadaku tentang musibah dan ridha terhadap takdir. Kemudian ia berkata: "Mata kedua anak anda buruk, dan sepertinya dia akan kehilangan penglihatannya!"

Aku menundukkan kepala dan berusaha mengendalikan ucapanku. Aku jadi teringat dengan pengemis buta yang aku dorong di pasar dan menertawakannya di hadapan manusia.

Maha Suci Allah, sebagaimana engkau mengutuk, maka engkau akan dikutuk. Aku sangat sedih dan tidak mengetahui apa yang aku katakan. Kemudian aku ingat istri dan anakku. Aku berterima kasih kepada dokter atas kelemah lembutannya, lantas aku berlalu dan tidak melihat istriku. Adapun istriku maka dia tidak bersedih, dia ridha dan beriman terhadap takdir Allah. Seringkali ia menasehatiku untuk menjaga diri dari menertawakan orang lain, dan ia juga senantiasa mengulang-ulanginya agar aku tidak ghibah.

Kami keluar dari rumah sakit bersama Salim. Sungguh, aku tidak banyak memperhatikannya. Aku menganggapnya tidak ada di rumah. Ketika tangisannya sangat keras, aku lari ke lorong untuk tidur di sana. Sedangkan istriku sangat memperhatikan dan mencintainya. Sebenarnya aku tidak membencinya, tetapi masih belum bisa mencintainya.

Salim pun semakin besar. Mulailah dia merangkak, akan tetapi cara merangkaknya aneh. Umurnya hampir setahun, dan mulailah dia berjalan. Maka semakin jelas jika dia pincang. Maka beban yang berada di pundakku semakin besar. Setelah itu istriku melahirkan anak yang normal setelahnya, Umar dan Khalid. Berlalulah beberapa tahun dan Salim semakin besar, dan tumbuh besar pula saudara-saudaranya. Aku sendiri tidak seberapa suka duduk-duduk di rumah, seringkali aku menghabiskan waktu bersama dengan teman-temanku.

Istriku tidak pernah putus asa untuk senantiasa menasehatiku. Dia senantiasa mendoakanku agar mendapat hidayah. Dia tidak pernah marah terhadap perbuatanku yang gegabah. Akan tetapi, ia sangat bersedih jika melihatku banyak memperhatikan saudara-saudara Salim, sementara kepada Salim aku meremehkannya. Salim semakin besar dan harapanku kepadanya juga semakin besar. Aku tidak melarang ketika istriku memintaku agar mendaftarkan Salim di salah satu sekolah khusus penyandang cacat. Tidak terasa aku telah melalui beberapa tahun hanya aku gunakan untuk bekerja, tidur, makan dan begadang dengan teman-temanku.

Pada hari Jumat, aku bangun pada pukul 11.00 waktu zhuhur. Dan ini masih terlalu pagi bagiku, dimana ketika itu aku diundang untuk menghadiri suatu perjamuan. Aku berpakaian, mengenakan wewangian dan hendak keluar. Aku berjalan melalui lorong rumah, namun wajah Salim menghentikan langkahku. Dia menangis dengan meluap-luap!

Ini adalah kali pertama aku memperhatikan Salim semenjak dia masih kecil. Telah berlalu 10 tahun, tetapi aku tidak pernah memperhatikannya. Aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu, tetapi tidak bisa. Aku mendengarkan suaranya yang sedang memanggil ibunya, sementara aku sendiri berada di dalam kamar. Aku melihatnya dan berusaha mendekat kepadanya. Aku berkata: "Salim, mengapa engkau menangis?" Ketika mendengar suaraku, ia berhenti menangis. Maka ketika ia merasa aku telah berada di dekatnya, dia mulai merasakan apa yang ada di sekitarnya dengan kedua tangannya yang kecil. Dengan apakah dia melihat? Aku merasa bahwa dia berusaha untuk menjauh dariku!! Seolah-olah ia berkata: "Sekarang engkau telah merasakan keberadaanku. Dimana saja engkau selama 10 tahun yang lalu?!" Aku mengikutinya, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia menolak memberitahukan kepadaku sebab dari tangisannya. Maka aku mencoba untuk berlemah lembut kepadanya. Mulailah Salim menjelaskan sebab tangisannya. Aku mendengar ucapannya, dan aku mulai bangkit.

Apakah kalian tahu apa yang menjadi sebabnya!! Saudaranya, Umar, terlambat, terlambat mengantarkannya pergi ke masjid, sebab ketika itu adalah shalat jumat, dia khawatir tidak mendapatkan shaf pertama. Ia memanggil Umar, ia memanggil ibunya, akan tetapi tidak ada yang menjawabnya, akhirnya ia menangis. Aku melihat airmata yang mengalir dari kedua matanya yang tertutup. Aku belum bisa memahami kata-katanya yang lain. Aku meletakkan tanganku kepadanya dan berkata: "Apakah untuk itu engkau menangis, wahai Salim...?!"

Dia berkata, "Ya..."

Aku telah lupa dengan teman-temanku, aku telah lupa dengan undangan perjamuan.

Aku berkata: "Salim, jangan bersedih! Tahukah engkau siapakah yang akan berangkat denganmu pada hari ini ke Masjid?"

Ia berkata: "Dengan Umar tentunya, tetapi ia selalu terlambat."

Aku berkata: "Bukan, tetapi aku yang akan pergi bersamamu."

Salim terkejut, ia seakan tidak percaya. Dia mengira aku mengolok-oloknya. Dia meneteskan airmata kemudian menangis. Aku mengusap airmatnya dengan tanganku dan aku pegang tangannya. Aku ingin mengantarkannya dengan mobil, tetapi ia menolak seraya mengatakan: "Masjidnya dekat, aku hanya ingin berjalan menuju masjid!"

Aku tidak ingat kapan kali terakhir aku masuk ke dalam masjid. Akan tetapi ini adalah kali pertama aku merasakan adanya takut dan penyesalan atas apa yang telah aku lalaikan selama beberapa tahun belakangan. Masjid itu dipenuhi dengan orang-orang yang shalat, kecuali aku mendapati Salim duduk di shaf pertama. Kami mendengarkan khutbah jumat bersama, dan dia shalat di sampingku. Bahkan, sebenarnya akulah yang shalat di sampingnya.

Setelah shalat, Salim meminta kepadaku sebuah mushaf. Aku merasa aneh, bagaimana dia akan membacanya padahal ia buta? Aku hampir saja mengabaikan permintaannya dan berpura-pura tidak mengetahui permintaannya. Akan tetapi aku takut jika aku melukai perasaannya. Akhirnya aku mengambilkan sebuah mushaf. Aku membuka mushaf dan memulainya dari surat al Kahfi. Terkadang aku membalik-balik lembaran, terkadang pula aku melihat daftar isinya. Maka ia mengambil mushaf itu dari tanganku kemudian meletakkannya. Aku berkata: "Ya Allah, bagaimana aku mendapatkan surat al kahfi, aku mencari-carinya hingga mendapatkannya di hadapannya!!"

Mulailah ia membaca surat itu dalam keadaan kedua matanya tertutup. Ya Allah...!! Ia telah hafal surat al Kahfi secara keseluruhan...!

Aku malu pada diriku sendiri. Aku memegang mushaf, namun aku rasakan seluruh anggota badanku menggigil. Aku baca dan aku baca. Aku berdoa kepada Allah agar mengampuniku dan memberi petunjuk kepadaku. Aku tidak kuasa, maka mulailah aku menangis seperti anak kecil. Manusia masih berada di masjid untuk mendirikan shalat sunnah. Aku malu pada mereka, maka mulailah aku menyembunyikan tangisanku. Maka berubahlah tangisan itu menjadi isakan.

Aku tidak merasakan apa-apa ketika itu kecuali melalui tangan kecil yang meraba wajahku dan mengusap kedua airmataku. Dialah Salim!! Aku dekap dia ke dadaku dan aku melihatnya. Aku berkata kepada diriku sendiri, "Engkau tidaklah buta wahai anakku, akan tetapi akulah yang buta, ketika aku bersyair di belakang orang fasiq yang menyeretku ke dalam api neraka."

Kami kembali ke rumah. Istriku sangat gelisah terhadap Salim. Namun seketika itu juga kegelisahannya berubah menjadi airmata kebahagiaan ketika ia mengetahui bahwa aku telah shalat jumat bersama Salim.

Sejak saat itu, aku tidak pernah ketinggalan untuk mendirikan shalat jamaah di masjid. Aku telah meninggalkan teman-teman yang buruk. Sekarang aku telah mendapatkan banyak teman yang aku kenal di masjid. Aku merasakan nikmatnya iman bersama mereka. Aku mengetahui dari mereka banyak hal yang dilalaikan oleh dunia. Aku tidak pernah ketinggalan mendatangi kelompok-kelompok pengajian atau shalat witir. Aku telah mengkhatamkan al Quran beberapa kali dalam sebulan. Lisanku telah basah dengan dzikir agar Allah mengampuni dosa-dosaku berupa ghibah dan menertawakan manusia. Aku merasa lebih dekat dengan keluargaku. Hilang sudah ketakutan dan belas kasihan yang selama ini ada di mata istriku. Senyuman tidak pernah pergi menjauhi wajah anakku, Salim. Siapa yang melihatnya akan mengira bahwa dia adalah seorang malaikat dunia beserta isinya. Aku banyak memuji Allah atas segala nikmat-Nya.

Suatu hari, teman-temanku yang shalih menetapkan diri melakukan safar untuk berdakwah. Aku ragu-ragu untuk pergi. Aku melakukan istikharah dan bermusyawarah dengan istri. Aku merasa dia akan menolak keinginanku. Akan tetapi ternyata sebaliknya, ia menyetujui keinginanku! Aku sangat bahagia, bahkan ia memotivasiku. Dia telah melihat masa laluku, dimana aku melakukan safar tanpa musyawarah dengannya sebagai bentuk kefasiqan dan perbuatan jahat.

Aku menghadap ke arah Salim. Aku mengabarinya jika aku hendak melakukan safar. Maka dia memegangku dengan kedua tangannya yang masih kecil sebagai ungkapan selamat jalan.

Aku telah meninggalkan rumahku lebih dari satu bulan. Selama itu, aku masih senantiasa menghubungi istriku dan juga berbicara kepada anak-anakku selama ada kesempatan. Aku sangat rindu kepada mereka. Ah, betapa rindunya aku kepada Salim. Aku sangat ingin mendengarkan suaranya. Dialah satu-satunya yang belum berbicara denganku semenjak aku melakukan safar. Bisa jadi karena dia berada di sekolah, bisa juga dia berada di masjid ketika aku menghubungi mereka.

Setiap kali aku berbicara dengan istriku perihal kerinduanku padanya (Salim), maka ia tertawa suka cita dan bahagia. Kecuali kali terakhir aku meneleponnya, aku tidak mendengar tawanya seperti biasa, suaranya berubah.

Aku berkata kepadanya: "Sampaikan salamku kepada Salim." Istriku menjawab: "Insya Allah...!" Kemudian ia terdiam.

Terakhir, aku pun kembali ke rumah. Aku ketuk pintu. Aku berangan-angan jika Salim yang akan membukakan pintu itu. Akan tetapi, aku mendapati anakku Khalid yang usianya belum sampai 4 tahun membukakan pintu. Aku gendong dia, dan dia berteriak-teriak: "Baba...baba..."

Aku tidak tahu kenapa dadaku berdebar ketika memasuki rumah.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Istriku menyambutku. Wajahnya mulai berubah, seolah-olah kebahagiaannya dibuat-buat.

Aku perhatikan ia baik-baik kemudian aku bertanya: "Ada apa denganmu?"

Ia berkata: "Tidak apa-apa."

Tiba-tiba aku teringat Salim, maka aku berkata: "Dimana Salim."

Istriku menundukkan wajahnya dan tidak menjawab. Airmata yang masih hangat menetes di pipinya.

Aku berteriak, "Salim...! Di mana Salim?"

Aku mendengar suara anakku Khalid yang hanya bisa mengatakan: "Baba..."

"Salim telah melihat surga," kata istriku.

Istriku tidak kuasa dengan situasi ketika itu. Ia hendak menangis, hampir saja ia pingsan. Maka kemudian aku keluar dari kamar.

Aku tahu setelah itu, bahwa Salim terserang panas yang sangat tinggi beberapa hari sebelum kedatanganku. Istriku telah membawanya ke rumah sakit, ketika tiba disana maka ia menghembuskan nafas terakhir. Ruhnya telah meninggalkan jasadnya.

Aku mengira, anda semua wahai para pembaca akan menangis, dan air mata anda akan mengalir sebagaimana air mata kami juga mengalir. Anda akan tersentuh sebagaimana kami juga tersentuh. Aku berharap Anda semua tidak lupa untuk mendoakan Salim, lebih khusus lagi bagi ibunya yang tetap teguh menjalankan tugasnya walaupun suaminya pergi. Jadilah ibu tersebut seperti perusahaan sebenarnya yang menghasilkan kaum laki-laki yang kuat. Semoga Allah membalas amal kebaikannya.

Sumber diambil Dari Majalah Qiblati edisi 02 thn VII Yang Berjudul "Allah Azza wa Jalla Memberi Hidayah Kepada Siapa Yang Ia Kehendaki

Kamis, 26 Januari 2012

Algoritma dan Pemrograman, Pertemuan 1

S1 Teknik Informatika Semester II

1.       Masalah.
-       Masalah = persoalan (problem)
-       Pernyataan atau tugas yang kita cari jawabannya
Contoh:
Mengurutkan tumpukan kartu secara acak
Mencari nama pejabat dengan kekayaan besar
-          Secara generik, masalah tsb dideskripsikan menggunakan beberapa ukuran (parameter).
-          [masalah pengurutan] Diberikan sebuah list S terdiri dari n buah nilai bilangan bulat. Bagaimana mengurutkannya?
·            S dan n adalah parameter masalah
·            Pemberian nilai untuk semua parameter masalah dinamakan instansiasi masalah (instance of problem)
v  S = [15,4,8,11,2,10,19],         n = 7
·            Jawaban thd instansiasi masalah disebut solusi
v  S = [2,4,8,10,11,15,19]

2.       Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis

-       Langkah pengurutan 50 kartu acak:
Ø  Cari kartu dg nomor terkecil
Ø  Tempatkan kartu tsb di posisi teratas
Ø  Cari kartu dg nomor terkecil berikutnya
Ø  Tempatkan kartu tsb di bawah kartu pertama
Ø  ……..
Ø  Cari kartu dg nomor terkecil berikutnya
Ø  Tempatkan kartu tsb di bawah kartu ke-48 (sisa 1 kartu, tapi tdk perlu diurutkan lagi)

-       Langkah-langkah pengurutan 50 kartu acak itu yg disebut algoritma

-       Setiap masalah mempunyai algoritma pemecahannya

-       Tugas kita sebagai pemecah masalah adalah mendeskripsikan langkah-langkah penyelesaiannya

-       Algoritma TUKAR ISI BEJANA
Ø  Diberikan dua buah bejana A dan B, bejana A berisi larutan berwarna merah, bejana B berisi larutan berwarna biru. Pertukarkan isi kedua bejana itu sedemikian sehingga bejana A berisi larutan berwarna biru dan bejana B berisi larutan berwarna merah.

Ø  DESKRIPSI :
v  Tuangkan larutan dari bejana A ke dalam bejana B
v  Tuangkan larutan dari bejana B ke dalam bejana A.

Ø  Algoritma TUKAR ISI BEJANA di atas tidak menghasilkan pertukaran yang benar. Langkah di atas tidak logis, hasil pertukaran yang terjadi adalah percampuran kedua larutan tersebut.

Ø  Untuk mempertukarkan isi duah bejana, diperlukan sebuah bejana tambahan sebagai  tempat penampungan sementara, misalnya bejana C. Maka algoritma untuk menghasilkan pertukaran yang benar adalah sebagai berikut :

Ø  Diberikan dua buah bejana A dan B, bejana A berisi larutan berwarna merah, bejana B berisi larutan berwarna biru. Pertukarkan isi kedua bejana itu sedemikian sehingga bejana A berisi larutan berwarna  biru dan bejana B berisi larutan berwarna merah.

Ø  DESKRIPSI :
v  Tuangkan larutan dari bejana A ke dalam bejana C.
v  Tuangkan larutan dari bejana B ke dalam bejana A.
v  Tuangkan larutan dari bejana C ke dalam bejana B.

3.       Ciri Penting Algoritma
-       Algoritma harus berhenti setelah mengerjakan sejumlah langkah terbatas.
-       Setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat dan tidak berarti-dua (Ambiguitas).
-       Algoritma memiliki nol atau lebih masukkan.
-       Algoritma memiliki nol atau lebih keluaran.
-       Algoritma harus efektif (setiap langkah harus sederhana sehingga dapat dikerjakan dalam waktu yang masuk akal).

4.       Program dan Pemrograman
-       Algortima akan efektif jika dijalankan oleh sebuah pemroses/processor(manusia, robot, mesin, dsb).
-       Suatu pemroses harus:
Ø  Mengerti setiap langkah dalam algoritma
Ø  Mengerjakan operasi yg bersesuaian dg langkah tsb
-       Komputer : alat bantu untuk menjalankan perintah di dalam algoritma yg telah dimasukkan ke dalamnya.
-       Algoritma yg ditulis dalam bahasa komputer dinamakan program.
-       Bahasa komputer yg digunakan dalam melunis program dinamakan bahasa pemrograman.
-       Orang yg membuat program komputer disebut pemrogram(programmer).
-       Kegiatan merancang dan menulis program disebut pemrograman.

5.       Bahasa Pemrograman
-       Contoh: assembly, Fortran, Cobol, Pascal, C, C++, Basic, Prolog,…., Java, C#
-       Berdasar tujuannya, bahasa pemrograman digolongkan menjadi:
Ø  Specific Purpose programming language
v  Cobol(terapan bisnis&administrasi)
v  Fortran(komputasi ilmiah)
v  Assembly(pemrograman mesin)
v  Prolog(kecerdasan buatan)

Ø  General Purpose programming language
v  Dapat digunakan untuk berbagai aplikasi
v  Pascal, Basic, C, C++, Java, C#, dll

-       Berdasar kedekatan(condong ke mesin atau ke manusia), bahasa pemrograman digolongkan menjadi:
Ø  Bahasa tingkat rendah (low level language) : bahasa yang berorientasi ke mesin.

Ø  Bahasa tingkat tinggi (high level language) : bahasa yang berorientasi ke manusia (seperti bahasa inggris)
v  contoh bahasa Pascal, bahasa C dll.
v  Program yang ditulis dalam bahasa pemrograman akan diterjemahkan ke dalam bahasa mesin (kenal dengan biner digit) dengan menggunakan penterjemah.
v  Penterjemah :
v  Program yang ditulis dalam bahasa pemrograman akan diterjemahkan ke dalam bahasa mesin (kenal dengan biner digit) dengan menggunakan penterjemah.
v  Penterjemah :

-       Program yang ditulis dalam bahasa pemrograman akan diterjemahkan ke dalam bahasa mesin (kenal dengan biner digit) dengan menggunakan penterjemah.

-       Penterjemah :
Ø  Interpreter : menterjemahkan baris per baris instruksi. Contoh bahasa Basic.
Ø  Compiler : menterjamahkan setelah seluruh instruksi ditulis. Contoh bahasa Pascal, C, Ada ,C++, dll.



6.       Belajar Memprogram
-       Belajar memprogram ≠ belajar bahasa pemrograman
-       Belajar memprogram : belajar tentang strategi pemecahan masalah, metodologi dan sistematika pemecahan masalah kemudian menuliskannya dalam notasi yang disepakati bersama
-       Belajar memprogram : bersifat pemahaman persoalan, analisis dan sintesis
-       Belajar memprogram, titik berat : designer program
-       Belajar bahasa pemrograman : belajar memakai suatu bahasa pemrograman, aturan sintaks, tatacara untuk memanfaatkan instruksi yang spesifik untuk setiap bahasa
-       Belajar bahasa pemrograman , titik berat : coder

7.       Produk yang dihasilkan Pemrogram
-       program dengan rancangan yang baik (metodologis, sistematis)
-       Dapat dieksekusi oleh mesin
-       Berfungsi dengan benar
-       Sanggup melayani segala kemungkinan masukan
-       Disertai dokumentasi
-       Belajar memprogram, titik berat : designer program

8.       Notasi Algoritma
-       Penulisan algoritma tidak tergantung dari spesifikasi bahasa pemrograman dan komputer yang mengeksekusinya.
-       Notasi algoritma bukan notasi bahasa pemrograman tetapi dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa pemrograman

9.       Notasi Algoritma : Narasi
-       Uraian kalimat deskriptif (narasi)
·         Contoh
v  Algoritma Kelulusan_mhs
·      Diberikan nama dan nilai mahasiswa, jika nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 60 maka mahasiswa tersebut dinyatakan lulus  jika nilai lebih kecil dari 60 maka dinyatakan tidak lulus.

v  DESKRIPSI :
·      baca nama dan nilai mahasiswa.
·      jika nilai >= 60 maka
·      keterangan = lulus
·      tetapi jika <= 60 maka
·      keterangan = tidak lulus.
·      tulis nama dan keterangan


10.   Pseudo-Code
-       Algoritma Kelulusan_mhs
·         {diberikan nama dan nilai mahasiswa, jika nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 60 maka mahasiswa tersebut dinyatakan lulus jika tidak maka dinyatakan tidak lulus}

                              DEKLARASI :
                              Nama : string
                              Nilai : integer
                              Keterangan : string

                              DESKRIPSI :
                              read (nama, nilai)
                              if nilai >= 60 then
                              keterangan = ‘lulus’
                              else
                              keterangan = ‘tidak lulus’
                              write(nama, keterangan)

11.   Aturan Penulisan Teks Algoritma
Ø  Judul algoritma
·   Bagian yang terdiri atas nama algoritma dan penjelasan (spesifikasi) tentang algoritma tersebut.
·   Nama sebaiknya singkat dan menggambarkan apa yang dilakukan oleh algoritma tersebut.

Ø  Deklarasi
·      Bagian untuk mendefinisikan semua nama yang digunakan di dalam program.
·      Nama tersebut dapat berupa nama tetapan, peubah, tipe, prosedur dan fungsi.

Ø  Deskripsi
·      Bagian ini berisi uraian langkah-langkah penyelesaian masalah yang ditulis dengan menggunakan notasi yang akan dijelaskan selanjutnya.